Judul Buku : Saman
Penulis : Ayu Utami ( Angkatan 2000 )
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.
Cetakan : 23, 2003
Tebal Buku : ix + 198 halaman
Sinopsis Cerita!
Cerita ini dimulai dari hubungan gelap antara Laila dan Sihar seorang laki – laki yang beristri. Perkenalan mereka di tempat yang bernama rig, tempat pengeboran minyak lepas pantai. Laila menolong Sihar seorang pekerja pengeboran minyak tersebut untuk membuktikan kesalahan Rosano, yang dengan tidak sengaja atas perintahnya telah membunuh pegawainya, sahabat Sihar, Hasyim.
Laila kemudian meminta teman lamanya, yang merupakan cinta pertamanya, yaitu Saman. Seseorang yang bekerja di sebuah LSM. Awalnya Rosano tetap berhasil memenangkan perkaran tersebut. Hingga terjadi sesuatu pada Rosano, yang akhirnya membuat Rosano mendekam di jeruji besi.
Selama berusaha memenagkan perkara tersebut, Laila mengingat semua masa lalunya tentang Saman. Saman seorang pastor yang berubah haluan menjadi anggota LSM, tidur dengan wanita yang bernama Yasmin, sahabat Laila dan Saman yang sudah menikah. Laila juga mengingat persahabatannya dengan Cok, Sakuntala.Cok dan Sakuntala yang telah kehilangan keperawanan mereka di usia muda. Mereka semua wanita yang berusaha memperjuangkan diri mereka, mencari jati diri mereka. Dan menjadikan seks sebagai problem mereka.
Laila telah memberikan kesuciannya kepada Sihar. Tetapi laki – laki itu terus menjadi pengecut, bersembunyi di ketiak istri. Dan Laila terus menunggu di New York, tempat mereka berjanji untuk bertemu, setelah perkara itu.
Unsur Intrinsik!
1. Tema
Peristiwa yang paling kuat di roman yang memenagkan sayembara roman 1998 ini adalah seks sebuah problem bagi wanita. Di sini seks itu tidak dijadikan diskusi tetapi sebuah diskusi. Misalnya, Yasmin dan Saman membicarakan seks dengan rasa bersalah ( Saman, hal. 187 – 195 )
Pengarang sendiri mengatakan masalah seks yang dia sajikan dalam “Saman” masih dalam batas yang wajar. "Karena saya menyajikan seks di situ bukan merupakan teknik persetubuhan, tetapi berupa pemaparan problematika seks untuk direnungkan karena banyak dialami oleh wanita."
Cerita seks itu pun berbalut dengan masalah cinta, politik, agama yang semakin padu dan selaras. Seperti dikutip :
Dan kita di New York. Beribu – ribu mil dari Jakarta. Tak ada orang tua, tak ada istri. Tak ada dosa. Kecuali pada Tuhan, barangkali. Tapi kita bisa kawin sebentar, lalu bercerai. Tak ada yang perlu ditangisi. Bukankah kita saling mencintai? Atau pernah saling mencintai? Apakah Tuhan memerintahkan lelaki dan perempuan untuk mencintai ketika mereka kawin? Rasanya tidak . ( Saman, hal. 30 )
2. Amanat
Bahwa wanita itu harus memperjuangkan apa yang diinginkannya, apa yang mau dimilikinya, untuk kebebasannya. Seperti dalam kutipan :
Misalnya, cuci – cucian Yesus itu adalah sebuah penjungkiran nilai – nilai, sementara yang dilakukan istri Jawa adalah kepatuhan dan ketidakberdayaan. Tidak sejajar sama sekali. Tapi pekan ini mestinya merupakan hari – hari bahagia miliknya yang tak boleh kuusik. ( Saman, hal. 154 )
Mengingatkan wanita, akan keperawanan yang harus dijaga. Dan sebuah ketidakadilan bagi wanita. Karena kebanyakan laki – laki, menginginkan keperawanan, dan akan pergi setelah si wanita menyerahkan kesucian.
Hidup itu cuma satu kali, dan harus kita manfaatkan. Apapun segala keputusan yang kita ambil, harus kita nikmati. Karena hidup itu adalah sesuatu yang menakjubkan.
Paulus menghabiskan hampir seluruh suratnya untuk menjelaskan kasih, yang agaknya sungguh membuat dia bergetar. Namun, kasih – sebetulnya saya lebih senang menambahkan konsep “keterlibatan” – adalah suatu pengalaman yang tidak bisa diringkus dalam kata – kata. Ia tidak tercakup dalam penjelasan apapun. Juga penjelasan saya. Bahkan Paulus hanya berhasil menuturkan ciri – cirinya. Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenali cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum yang baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan yang dipaksakan seringkali malah menghasilkan inkusitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan todak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide – ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita. ( Saman, hal. 161 )
3. Latar ( setting )
Latar tempat roman Saman adalah Prabumulih dan New York. Prabumulih digambarkan sebagai berikut :
Prabumulih masih kota minyak di tengah Sumatera Selatan yang sunyi masa itu. Cuma ada satu bioskop, sehingga orang – orang biasa membawa anak – anak bertamasya ke rig di luar kota, melihat mesin penimba minyak mengangguk – angguk seperti dinosaurus. Hiburan menegangkan lain adalah lutung atau siamang yang mendadak turun dari pepohonan. ( Saman, hal. 45 )
Dan di New York, digambarkan :
Di taman ini hewan hanya bahagia, seperti saya, seorang turis di New York. Apakah keindahan perlu dinamai?
Saya akan pacaran, seperti burung berbusung bersih di ranting tadi. Saya akan pelukan, ciuman, jalan – jalan, dan minum di Russian Tea Room beberapa blok ke barat daya. Mahal sedikit tidak apa – apa. ( Saman, hal. 2 )
Dan kita di New York. Beribu – ribu mil dari Jakarta. Tak ada orang tua, tak ada istri. Tak ada dosa. Kecuali pada Tuhan, barangkali. Tapi kita bisa kawin sebentar, lalu bercerai. Tak ada yang perlu ditangisi. Bukankah kita saling mencintai? Atau pernah saling mencintai? Apakah Tuhan memerintahkan lelaki dan perempuan untuk mencintai ketika mereka kawin? Rasanya tidak . ( Saman, hal. 30 )
Latar waktunya adalah dari tahun 1962 – 1996. Tahun 1962 ketika Saman masih kecil sampai tahun 1996 ketika Laila menunggu kepastian dari orang yang dicintainya, yaitu Sihar.
Di halaman 44 ditulis :Prabumuli 1962. Dan di halaman pertama ditulis : Central Park, 28 Mei 1996.
Latar sosial, kehidupan 4 orang wanita yang begitu mempunyai banyak masalah dan mencari – cari siapa musuh bebuyutan mereka. Menurut Yasmin, musuh utama adalah guru. Menurut Sakuntala adalah orang tua. Menurut Laila adalah laki – laki. Menurut Cok adalah Tuhan.
Mereka mempunyai kebebasan yang mereka tanggung sendiri akibatnya. Kebebasan wanita – wanita, yang mencari jati diri dan kedudukannya dalam dunia.
4. Sudut Pandang ( Point of View )
Dalam roman “Saman” ini menggunakan kata ganti orang pertama, yaitu “aku” dan saya. Seperti dikutip :
Di taman ini, saya adalah seekor burung. Terbang beribu – ribu mil dari sebuah negeri yang tak mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa tercium, juga pohon – pohn, yang tak pernah kita tahu namanya atau umurnya. ( Saman, hal. 1)
Teknik dengan menggunakan sudut pandang “aku” ini, disebut point of view orang pertama. Jadi, seperti orang menceritakan pengalamanya sendiri saja. Dengan teknik ini pembaca diajak ke pusat kejadian, melihat, merasakan melalui mata dan kesadaran orang yang langsung bersangkutan.
5. Alur ( plot )
Alurnya adalah alur campuran, bisa juga dikatakan dengan alur flas back. Cerita dimulai, 28 Mei 1996 ketika Laila menunggu kehadiran Sihar, laki – laki yang dicintainya. Mereka telah berjanji untuk bertemu dan Laila terus menunggu seperti bulan – bulan lau, menunggu di taman New York.
Kemudian pada bab selanjutnya, Februari 1993. Menceritakan pertemuan Laila dan Sihar. Laila adalah seorang fotografer yang sedang mengambil gambar – gambar tempat bekerja Sihar pengeboran minyak lepas pantai. Kedekatan mereka semakin erat, ketika sebuah peristiwa terjadi. Teman Sihar, Hasyim mati di dalam lobang pengeboran yang meledak, semua karena perinta Rosano, sang atasan. Sehingga mereka berusaha untuk menjebloskan Rosano. Laila menolong Sihar dengan mengenalkan pada Saman, sahabatnya yang bekerja di LSM. Selama mengenal itulah, mereka ( Laila dan Sihar )juga melakukan hal layaknya suami istri.
Awalnya mereka kalah, dan Rosano tetap bisa bekerja. Tetapi tiba – tiba mengalami hal yang tak terduga. Rosano dituduh warga Prabumulih memperkosa anak gadis salah satu warga tersebut dan Rosano dianggap bersalah, dan dipenjarakan.
Kemudian bab selanjutnya, cerita kembali ke masa silam, tahun 1983. Ketika Saman masih menggunakan nama aslinya yaitu Athanasius Wisanggeni, ketika itu San alias Athanius menjadi seorang pastor, pengabdi gereja.
Kemudian berlanjut lagi ke masa silam tahun 1962, Saat Athanius masih kecil. Dia adalah anak tunggal dari seorang Raden Sudoyo, seorang pegawai bank. Menceritakan kehidupannya di Prabumulih bersama ayah dan ibunya.
Kemudian kembali lagi ke tahun 1984, ketika dia dewasa dan dia sudah lama meninggalkan rumahnya. Athanius ingin kembali lagi ke rumahnya, mengingat masa lalunya. Di sinilah dia bertemu Upi, gadis gila yang mengubah jalan hidupnya. Upi adalah gadis sinting, yang sering memperkosa apapun didekatnya, ayam, bebek, kambing, batang kayu, apapun. Berniat untuk menolong Upi dia tinggal bersama Upi dan keluarganya. Membangun desa Upi yang ditanami karet.
Pada tahun 1990, terjadi sesuatu pada Upi, Upi diperkosa oleh orang – orang yang ingin desa itu menjadi lahan sawit. Mereka melakukan penjarahan, dan akhirnya Upi mati terbakar di desanya yang dibakar orang – orang kejam itu. Athanius menjadi buronan, karena dianggap komunis.
Kemudian ditolong oleh sahabat – sahabatnya dulu, yaitu Laila, Cok, Yasmin, dan Shakuntala, untuk pergi ke luar negeri, dan mengubah dirinya menjadi SAMAN.
Kemudian berlanjut lagi ke tahun 1996, menceritakan tentang ke – 4 sahabat yaitu Shakuntala, Laila, Cok, dan Yasmin.Bagaimana mereka kahilangan keperawanan, kehidupannya, dan pergaulannya dengan laki – laki. Kemudian berbalik lagi ke tahun 1990, menceritakan Saman yang di pelarian. Dan bab terakhir tahun 1994, menceritakan perubahan Saman, Saman keluar dari kepastoran, menjadi orang biasa, kemudian melakukan hubungan suami istri dengan Yasmin, temannya yang sudah mempunyai suami.
6. Gaya Bahasa
Ayu Utami menceritakan tentang seks, cinta, politik, agama serta perasaan – perasaan yang saling bertaut antar para tokoh tanpa beban, bebas, dengan fakta – fakta yang ada di masyarakat. Diceritakan dengan gamblang. Dan ceritanya jujur. Seperti dikutip :
Jakarta, 23 Mei 1994
Saman,
Kenapa keturunan begitu berarti bagi orang Israel? Aku belum hamil juga. Bolehkah kami membuat bayi tabung?
New York, 28 Mei 1994
Yasmin,
Aku punya dua jawaban, yang nakal dan yang tidak.
Yang nakal : bolehkan aku coba mengahamilimu?
Yang tidak : Gereja Katolik masih melarang bayi tabung. Kenapa kamu tidak mengadopsi anak – anak jalanan saja, yang sudah terlanjur lahir dan menderita.
( Saman,hal. 189 )
7. Tokoh dan Penokohan
a. Laila
Laila wanita yang begitu percaya akan cinta. Seorang wanita yang mencerminkan wanita – wanita di dunia, yang terlalu memuja lelaki. Yang mengharapkan semua dari lelaki. Terlalu naif. Walaupun akhirnya dia tidak bahagia. Ini dikutip :
Tapi temanku Laila tidak bahagia di New York. Ia memang pantas tidak bahagia. Ia sudah melepaskan beberapa proyek di Jakarta, menguras sebagian tabungannya. Ia bukan orang yang bisa begitu saja membeli tiket seharga dua ribu dolar. Tetapi lelaki yang ditunggunya di Central Park tidak juga memberi isyarat.( Saman, hal. 144 )
b. Sihar
Sihar lelaki yang dicintai Laila. Atletis, tidak putih, berkacamata, kalem, beberapa helai uban telah tumbuh, dan ada odor yang khas – tembakau atau keringat. Sifatnya yang lain dijelaskan pada pikiran tokoh lain :
Buatku, dia terlalu serius, kurang imajinasi, lambat mengolah humor sehingga selalu terlambat tertawa – kadang sama sekali tak paham apa yang kami leluconkan. Berhubungan seks dengannya pasti tidak imajinatif dan tak ada pembicaraan post – orgasme yang menyenangkan. Tapi bukan itu yang membuatku keberatan, meski aku tak tahu apakah aku punya hak untuk keberatan. ( Siman, hal. 132 )
Sihar orang yang bisa bicara dengan kata kasar kepada atasan atau dalam pekerjaan, seperti kepada Rosano. Tetapi dengan perempuan tak ada satu patah omongannya keluar. Tidak juga ada canda yang cabul. ( Saman, hal. 25 )
c. Siman ( Athanasius Wisanggeni )
Orang yang pemberani dan banyak ide seperti kata Laila ( Saman, hal. 23 ). Tubuhnya kurus dan hitam. Begitu perhatian dan menyayangi sesama manusia. Seperti dalam kutipan :
Semakin aku terlibat dalam penderitaanmu, semakin aku ingin bersamamu. Dan Wis selalu kembali ke sana. Kian ia mengenal perkebunan itu, kian ia cemas pada nasib si gadis. ( Saman, hal. 79 ).
Siman mengganti namanya karena dia telah menjadi seorang buronan komunis, beralih profesi dari seorang pastor menjadi anggota LSM.
d. Yasmin
Yasmin seseorang yang pintar dan kaya. Dijuluki the girl who has everthing. Menjadi seorang pengacara, menikah dengan seorang laki – laki bernama Lukman. Sejak kecil, ia dibentuk orang tuanya untuk menghabiskan waktu dengan hal yang produktif. Ibunya memaksanya kursus balet, piano, berenang, dan bahasa Inggris sejak kelas 2 SD, dan ia menjadi serba bisa. Ia tak pernah mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah. Pengetahuannya yang luas kadang membuat dia menjadi teman bicara yang melelahkan karena ia suka memborong pembicaraan.
e. Cok
Seorang yang periang dan ringan hati. Berada bersamanya, orang akan merasa hidup ini enteng dan tak akan ada yang terlalu perlu direnungkan dengan dalam atau serius.
f. Sakuntala
Seseorang yang hidupnya penuh kebebasan, sahabat dari Laila, Cok, dan Yasmin. Sakuntala sangat menyayangi Laila. Sakuntala wanita yang baik. Sakuntala dapat mengubah suaranya kadang menjadi laki – laki, kadang menjadi perempuan, seorang penyamar yang hebat.
g. Rosano
Atasan Sihar, seorang yang ramah, manis, tetapi angkuh. Putra seorang pejabat Departemen Pertambangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar